DNN, SIDOARJO – Meski sama-sama berstatus Ruang Terbuka Hijau, namun perlakuan yang diberikan pada Hutan Kota Delta Putri Sidoarjo dengan Taman Tandjoeng Poeri oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo.
Hutan kota Delta Putri nampak tak terurus. Terlihat dari pintu gerbangnya yang sudah rusak dan hanya diikat dengan seuntai tali dengan posisi yang tidak lagi presisi. Belum lagi tumpukan ranting, dedaunan dan sampah rumah tangga yang terlihat jelas dari luar.
Pemandangan kontras terlihat ketika mengunjungi Taman Tandjoeng Poeri yang berada di Dusun Rangkah Lor, Bluru Kidul, Kecamatan Sidoarjo. Tempat itu tampak bersih, terawat dan ramah bagi masyarakat yang datang untuk bekreasi disana.
“Idealnya ya seperti Tandjoeng Poeri begitulah wujud dari Ruang Terbuka Hijau (RTH). Itu sudah menjadi kewajiban Pemkab Sidoarjo untuk menghadirkan tempat seperti itu bagi warganya,” tutur Ali Subhan, pemerhati lingkungan hidup, saat ditemui di Dalem Kasepuhan Mbah Ali Mas'ud, Rabu (13/04/2024) malam kemarin.
Namun bukan berarti keberadaan Hutan Kota Delta Putri yang sudah ada sebelumnya justru terabaikan setelah adanya Taman Tandjoeng Poeri. Apalagi lokasinya juga lebih strategis karena tepat berada di pusat kota pemerintahan Kabupaten Sidoarjo.
“Perbanyak hutan kota. Bangun yang baru itu bagus dengan tidak meninggalkan yang sudah ada. Kalau DLHK memang belum punya konsep untuk pendayagunaan Delta Putri, minimal ya dijaga kebersihannya. Jangan sampai penuh sampah seperti itu. Menyedihkan sekali,” ujar Ali yang saat ini aktif di komunitas Gus Kampung itu.
Menurutnya, RTH seperti hutan kota maupun taman bukan saja bisa ditata menjadi destinasi wisata yang representatif bagi masyarakat, tapi juga dibutuhkan guna meminimalisir dampak polusi udara yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Apalagi jumlah kendaraan bermotor yang mengaspal di jalanan Sidoarjo saat ini juga semakin meningkat sehingga produksi emisi gas buangnya juga bertambah.
Kondisi inilah yang mengharuskan pemerintah untuk mulai fokus menambah jumlah RTH, terutama di kawasan perkotaan. "Leaf For Live, daun dari pepohonan itulah yang menjadi filter illahi untuk menyedot karbondioksida dan mengolahnya menjadi oksigen yang layak dihirup masyarakat," jelas Ali.
Iapun menyarankan pada DLHK untuk menanam jenis-jenis pepohonan tertentu yang punya daya tangkap maksimal pada karbon dioksida serta emis gas beracun lainnya. “Contohnya Pohon Ketepeng. Itu sangat bagus,” sarannya.
Selain itu, tanaman endemik atau asli Sidoarjo itu juga punya kemampuan besar menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah sehingga mampu meminimalisir dampak banjir yang masih jadi masalah yang belum terpecahkan hingga saat ini.
“Selain itu juga biar anak-anak generasi sekarang dan yang akan datang bisa melihat Pohon Ketepeng itu yang sekarang juga sudah mulai jarang ada,” pungkas Ali.
Sementara itu Kepala DLHK Sidoarjo, Bahrul Amig yang dihubungi melalui WA-nya mengatakan sudah memerintahkan pada stafnya yang menangani masalah itu untuk membersihkan sampah-sampah di Hutan Kota Delta Putri.(sein/pram)