DNN, SIDOARJO - Komisi D DPRD Sidoarjo meminta Pemkab mengakomodasi program toleransi yang sudah digarap Komunitas Budaya BrangWetan. Apalagi mereka sudah punya pengalaman dan resources berupa modul dan buku-bukunya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi D, Abdullah Nasikh saat menggelar hearing dengan Komunitas Budaya BrangWetan, Senin (28/11/2022) kemarin yang juga diikuti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora), serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Sidoarjo.
Menurutnya, program-program BrangWetan sangat berkorelasi langsung dengan RPJMD Sidoarjo tahun 2020 – 2025 yang memunculkan indikator baru yaitu Indikator Kesalehan Sosial (IKS) yang meliputi Toleransi, Kesetiakawanan Sosial, dan Ketertiban Umum.
“Karena itu bagaimana caranya program BrangWetan ini dapat gayung bersambut dengan program pemerintah, khususnya dengan stakeholder yang berhubungan dengan toleransi,” tegas politisi PKB itu.
Diharapkan sampai 2024 mendatang sudah tidak ada lagi kasus-kasus intoleransi, tidak ada ancaman ketertiban umum, dan juga terbangunnya solidaritas atau kesetiakawanan masyarakat di Sidoarjo. Karena itu peran sekolah sangat penting artinya untuk menjadikan anak-anak didik memiliki jiwa toleransi.
Ditambahkannya, program toleransi ini bukan hanya untuk kepentingan 1-2 tahun ke depan melainkan bisa jadi baru akan kelihatan 10-15 tahun ke depan. Lantas dicontohkannya kasus Bom Gereja di Surabaya tahun 2018 di mana salah satu pelakunya, sudah terpapar paham radikalisme sejak masih duduk di bangku SMA.
Nasikh meminta agar segera dilakukan Focus Group Discussion (FGD) tentang program pendidikan toleransi yang digarap Dinas Pendidikan. Acara itu harus diikuti perwakilan semua sekolah, mulai dari SD hingga SMA. “Kalau perlu bagaimana caranya ada muatan lokal berupa pendidikan toleransi,” tandasnya.
Dalam kegiatan tersebut BrangWetan menyerahkan rekomendasi pelaksanaan program pada Komisi D, semua OPD yang hadir dan perwakilan sekolah peneriman manfaat. “Dalam hal ini program kami adalah menangkal bahaya radikalisme dan intoleransi melalui seni budaya,” jelas Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan, Henri Nurcahyo.
Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Sekolah Penerima Manfaat program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air II” yaitu SMPN 1 Taman, SMPN 1 Waru, SMPN 1 Gedangan, SMAN 1 Gedangan dan MA Nurul Huda Sedati. Masing-masing perwakilan sekolah tersebut menyampaikan testimoni selama bekerjasama dengan Komunitas BrangWetan.
Diharapkan Pemkab Sidoarjo dapat memperluas program BrangWetan ini ke semua sekolah, bahkan ke semua kelompok masyarakat agar seluruh warga Sidoarjo berperilaku toleransi. Komisi D sendiri siap mengawal untuk menjadikan Sidoarjo sebagai Kota Ramah Toleransi.(hans/pram)
