Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600
,

Iklan

Kartu Balita Sehat dan Tarik Sehat, Sebuah Kiat Berikan Rasa Aman dan Nyaman untuk Warga Desa

Thursday, January 25, 2024, January 25, 2024 WIB Last Updated 2024-01-26T07:53:19Z

 

Ifanul Achmad irfandi dan salah seorang kader kesehatan desa menunjukkan Kartu Balita dan Kartu Tarik Sehat.


DNN, SIDOARJO – Karya-karya inovatif bisa timbul dari berbagai faktor dan latar belakang, salah satunya kiat berkelit di saat sulit. Dan itulah kisah yang melatarbelakangi munculnya ‘Kartu Balita Sehat dan Kartu Tarik Sehat’.


“Mau bilang gimana lagi, wong memang begitu kenyataannya. Karena banyak keluhan masyarakat terkait masalah itu, akhirnya saya bikin kartu-kartu itu,” sebut Kepala Desa Tarik Kecamatan Tarik, Ifanul Achmad Irfandi.


Ia yang ditemui di ruang kerjanya, Kamis (25/01/2024) siang tadi bercerita. Awalnya ia sering mendengar keluhan dari warga desa tentang sulitnya mengakses layanan kesehatan, khususnya bagi balita yang tiba-tiba sakit.


Selain karena minimnya fasilitas kesehatan yang ada, persoalan itu juga timbul lantaran keterbatasan bilangan rupiah. “Waktu itu sebagian besar warga masih belum punya BPJS Kesehatan. Kalau ada yang sakit, warga hanya mengandalkan Puskesmas yang buka pada jam kerja saja,” katanya.


Jika fasilitas kesehatan pelat merah itu tutup, warga mengarah ke klinik-klinik swasta maupun bidan dan dokter praktek yang ada di daerah terdekat. “Bagi keluarga yang mampu, ya nggak masalah. Tapi bagi warga miskin jelas ini jadi persoalan. Jangankan untuk berobat, untuk beli susu saja nggak punya,” ujar Ifanul.


Lalu iapun berinisiatif untuk membuat Kartu Balita Sehat yang ia biayai dari kantong pribadi saat berkontestasi dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Tarik. “Awalnya hanya 50 kartu saja. Saya bagikan pada warga yang tidak mampu. Nggak peduli mereka mendukung saya atau tidak,” imbuhnya.


Dan begitu memegang jabatan Kades, Ikfanulpun menjadikannya sebagai program desa yang dibiayai sepenuhnya oleh APBDes. “Di tahun pertama kami terbitkan 220 lembar untuk berobat secara gratis di bidan. Pemegang kartu itu bisa menggunakannya dua kali. Nilainya Rp 120 ribu. Jadi hanya kami bayar kalau digunakan,” jelasnya.


Nyatanya, dalam setahun ini besaran dana yang dikeluarkan dari APBdes Tarik tak lebih dari Rp 1 juta setiap bulannya untuk membiayai program ini. “Nilai sangat kecil. Meski begitu warga mengaku sangat terbantu. Setidaknya mereka tidak perlu bingung saat membutuhkan layanan kesehatan bagi putra-putrinya sekalipun di tanggal tua,” ucapnya sembari tergelak.


Berawal dari situ, iapun menggembangkan idenya dengan menerbitkan ‘Kartu Tarik Sehat’. Produk yang ini khusus dicipta untuk para lansia, terutama kaum wanita dari keluarga kurang mampu. Skema pembiayaannya pun serupa, hanya saja provider kesehatan yang digandengnya adalah sebuah klinik swasta yang ada di desa itu.


“Konsepnya sama. Untuk mendapatkan pertolongan pertama yang cepat, dekat dan anti ribet. Dengan begitu warga saya nggak perlu was-was karena mereka bisa langsung berobat, cukup hanya dengan menunjukkan kartu ini,” tandas Ikfanul lagi. 


Namun jika kemudian dibutuhkan penanganan lanjutan di Rumah Sakit, Pemdes Tarik akan langsung menyokongnya dengan membuatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sehingga bisa mengakses layanan Jaring Kesehatan Masyarakat Miskin (JKMM) yang dibiayai Pemkab Sidoarjo.


Saat launching yang digelar beberapa hari lalu, pihaknya mencetak 115 lembar Kartu Tarik Sehat. Jumlahnya akan terus bertambah hingga dibatasan 500 lembar. Sedangkan fungsi pendataan dan verifikasi ia serahkan pada para kader kesehatan desa, termasuk aktivis posyandu.


“Saya hanya berusaha memberikan rasa aman dan nyaman saja pada warga Desa Tarik, khususnya untuk mendapatkan akses layanan kesehatan. Program ini akan terus kami monitor dan evaluasi jika diperlukan perbaikan-perbaikan agar menjadi jauh lebih baik lagi,” pungkas Ikfanul.(pram/hans)

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhNj5-ZAvcT-9iIFlu_km3yh0_IaIxL-uRp7XywnOxuvvkr12MBmNDLDoYO1-MyFPIHdipkG_g20QK1i4rLINfeoyIAmPow8QCRl2MdOSHBLINCxC0WutJLAlmN5cjigUHfuSiVQuDMfLIWwCvHzNWfup4l5TaECdpXhQwuwuLsC_kmxBsjUTDElycYrco=s1431

CV DELTA TOUR

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh5qCd9AeFn-lyqVbBcH8rTim07Ay_xbYd6AiaVSQnXSY57S_XnKzbeyqlcuFXemvK5Q0yU-umA4FaH8ThX1Gut8vyjVviRQMZvT9HCrdv9nnzHn8MimtwNQpLxE4onUfobXs_xamjsooT5dxxba72AfCEFlBwXUigoIlRAEIT4stnjHsqKI4Gsl0sa=s1280