Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600
,

Iklan

Pitulikuran Agung, Tradisi yang Penuh Kearifan Lokal di Desa Sumokali

Tuesday, April 25, 2023, April 25, 2023 WIB Last Updated 2023-04-25T14:57:17Z

 

Para pengurus majelis dzikir Dzikrul Asyiqiin di salah satu rangkaian acara dalam tradisi Pitulikuran Agung di Ponpes Rodhotul Hasanah desa Sumokali Kecamatan Candi.




DNN, SIDOARJO - Di desa Sumokali Kecamatan Candi, ada sebuah tradisi unik yang terkait dengan bulan suci Ramadhan, namanya Pitulikuran Agung. Kegiatan ini biasanya digelar di 10 hari terakhir puasa, terutama di malam ke 27 bulan Ramadhan. 


Salah seorang pengurus jemaah majelis dzikir Dzikrul Asyiqiin desa Sumokali, Ustad M. Lazim Ibnu Mas'ud menuturkan, tradisi malam Pitulikuran Agung itu sudah berlangsung turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi. 


Beragam kegiatan keagamaan digelar di momentum ini, terutama pengajaran tentang akidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Selain dzikir bersama, kegiatan itu juga diisi dengan bakti sosial berupa pembagian ratusan paket sembako pada para Jemaah yang hadir.


Tidak hanya warga Sumokali, puluhan masyarakat dari luar desa juga turut hadir dalam acara malam Pitulikuran Agung tersebut. Jemaah yang hadir didominasi kaum hawa, para janda dan manula. 


Dijelaskannya, tradisi Pitulikuran Agung mengandung nilai kearifan kosmis hubungan manusia dengan Tuhan. Yakni sebagai bentuk ucapan syukur atas nikmat yang sudah dikaruniakan Allah Swt pada umatNYA.  


“Selain itu juga mengajarkan hubungan antara manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan. Karenanya, tradisi ini tidak boleh dihilangkan hingga nanti generasi berikutnya," tutur Ustad Lazim yang ditemui beberapa waktu lalu. 


Lebih lanjut ia mengisahkan, ada sisi paling mengesankan dan menarik dari sejarah lahirnya majelis dzikir ini. Awalnya hanya organisasi kecil yang namanya terbilang nyentrik, yakni santri mbetik atau ‘nakal’ karena Sebagian besar anggotanya pemuda-pemudi desa setempat.


Seiring berjalannya waktu, majelis dzikir itu kian berkembang karena mengedepankan nilai-nilai tauhid yang bersumber dari Al Quran dan hadist Rosulullah Muhammad SAW dengan mengamalkan dzikir Asmaul Husnah.


"Nah, dari sinilah sejumlah pengurus menggagas agar jamiyah dzikir ini diberi nama yang lebih layak sehingga akhirnya tercetuslah nama Majelis Dzikrul Asyiqiin yang memiliki visi misi membangun peradaban generasi anak bangsa yang beraqidah islamiyah dan berakhlak mulia," sampainya. 


Nama 'ASYIQIIN' itu sendiri muncul saat para pengurus organisasi Santri Mbethik sowan ke beberapa ulama salaf, salah satunya adalah KH. Maksum di dusun Sono Desa Sidokerto Kecamatan Buduran pada Jumat 11 April 2008. 


"Romo Yai Maksum lah yang mengamanahkan nama ASYIQIIN tersebut. Kemudian pada Jumat, 6 Juni 2008 lalu, jamiyah dzikir Majelis Dzikrul 'Asyiqiin didirikan secara resmi di Pesantren Rodhotul Hasanah desa Sumokali Kecamatan Candi," pungkas Ustad Lazim.(pram/hans)

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhNj5-ZAvcT-9iIFlu_km3yh0_IaIxL-uRp7XywnOxuvvkr12MBmNDLDoYO1-MyFPIHdipkG_g20QK1i4rLINfeoyIAmPow8QCRl2MdOSHBLINCxC0WutJLAlmN5cjigUHfuSiVQuDMfLIWwCvHzNWfup4l5TaECdpXhQwuwuLsC_kmxBsjUTDElycYrco=s1431

CV DELTA TOUR

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh5qCd9AeFn-lyqVbBcH8rTim07Ay_xbYd6AiaVSQnXSY57S_XnKzbeyqlcuFXemvK5Q0yU-umA4FaH8ThX1Gut8vyjVviRQMZvT9HCrdv9nnzHn8MimtwNQpLxE4onUfobXs_xamjsooT5dxxba72AfCEFlBwXUigoIlRAEIT4stnjHsqKI4Gsl0sa=s1280