Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrD7yx-DdJE6SBDqIT7yYDbFn8AyQ1qCVF6DMmDJMwOGKECtRYGVfcKtttbMd0Ot8qhWSfdv-UHaStsH7PUTdAba0tAq0_Y1z3B7Su3LM7_IUY9t2IvXt5Jn4w6_VGCJTb3iW3KBzB6745tc_-1sTHRX9mW1mAUjYRkq4u8z9OIwDjeJDLBY-MoRRZ=s1600
,

Iklan

Kabupaten Sidoarjo, Lahir Dari Perebutan Kekuasaan dan Kekayaan

Sunday, January 29, 2023, January 29, 2023 WIB Last Updated 2023-01-29T11:35:16Z

 

dr. Sudi Harjanto menunjukkan lambang Kadipaten Sidoarjo di awal pendiriannya pada 1859 lalu.



DNN, SIDOARJO – Kadipaten Sidokare yang kemudian berganti nama menjadi Kadipaten Sidoarjo, muncul sebagai dampak adanya perebutan kekuasaan dan juga kekayaan di lingkaran keluarga besar adipati Surabaya di tahun 1859.


Pernyataan tersebut disampaikan dr Sudi Harjanto yang tampil sebagai narasumber utama dalam sebuah diskusi sejarah bertajuk ‘Sidokarie 1859’ yang digelar Rumah Budaya Malik Ibrahim di sekretariatnya, Minggu (29/01/2023) siang tadi.


Saat itu terjadi suksesi kepemimpinan setelah lengsernya Raden Adipati Kromo Djojoadinegoro II, yang memerintah Kadipaten Surabaya mulai 1831 hingga 1859. “Memang ada perseteruan saat itu, dan saya punya dokumen sejarahnya,” sebutnya.


Yang jelas, pada saat bersamaan di tahu n 1859 itu pemerintah kolonial Belanda menetapkan Raden Adipati Arya Kromodjoyo Dirono II sebagai Bupati Surabaya yang memerintah hingga 1863. Sedangkan R. Notopuro yang kemudian bergelar RTP Tjokronegoro I diangkat menjadi Adipati Sidokare hingga 1862.


Dasar hukum pembagian ini adalah Staatblad Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859. Namun pada 28 Mei 1859 muncul Surat Keputusan yang baru bernomor No. 10/1859 yang mengganti nama Kadipaten Sidokare menjadi Sido Ardjo.


Dalam bidang pemerintahan, kadipaten baru ini dibagi menjadi 6 Kawedanan. Yaitu Kawedanan Gedangan, Kawedanan Sidoarjo, Kawedanan Krian, Kawedanan Taman Jenggolo, Kawedanan Porong Jenggolo, Kawedanan Bulang.


“Yang jelas Belanda merestui pemecahan wilayah yang disertai dengan pembagian kekuasaan itu agar perseteruan tersebut tidak semakin meruncing yang bisa berakibat pada instabilitas wilayah yang dikendalikan pemerintah kolonial,” imbuh dr Sudi.


Sedangkan terkait kekayaan menurutnya sangat terkait dengan tumbuhnya wilayah Sidokare saat itu sebagai industri gula kristal mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari berubahnya hutan-hutan di Sidoarjo menjadi kebun tebu dan berdirinya suikerfabriek atau pabrik gula.


Jika mengacu pada buku ‘Menapak Jejak Pabrik Gula Sidoarjo’ yang diterbitkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sidoarjo pada 2018, industri gula pertama yang berdiri di kota Delta adalah Gula Candi pada 1832 yang didirikan The Goen Tjing.


Berikutnya, belasan suikerfabriek di Sidoarjo bertumbuhan seperti jamur di musim hujan. Antara lain di Tanggulangin (1835), Buduran serta Waru yang berlanjut dengan berdirinya pabrik gula di  Balongbendo dan Watoetoelis (1838). 


Setahun berikutnya perusahaan bernama Cultuur Maatscappij mendirikan pabrik gula di Krian (1839) yang disusul dengan industri serupa di Poppoh-Wonoayu, Porong dan Ketegan yang sekarang ada di wilayah Kecamatan Taman.


Di tahun 1840 berdiri pabrik gula di Sruni-Gedangan, lalu di Kremboong (1847) milik NV Cooy dan Coster Van Voor Hout serta di Toelangan (1850) yang didirikan oleh NV Matsechappy Tot Exploitatie de Sukier Ondernamingen Kremboon en Toelangan.


Catatan lain tentang Sidoarjo di masa kuno yang dikemukakan dr. Sudi adalah dipindahkannya pusat pemerintahan Kadipaten Sidoarjo dari Kauman di sekitar Masjid Al Abror ke alun-alun kabupaten sekarang pada tahun 1860.


Berikutnya, Sidoarjo berkembang menjadi kawaan industri yang cukup besar di Jawa Timur. Iapun menunjukkan sebuah peta di jaman Belanda di awal tahun 1900-an yang menunjukkan begitu banyaknya pabrik-pabrik pengolahan dan produksi di seluruh penjuru kota delta.(pram/hans)

Iklan

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiHrXgUblR7J64GKvwk21F1_y_jAnosYVe4N8WJS1ygEoiaQHoD6uC6hOFD7Lj7Nhylelg-_3ysD-haxn-VkxpCbGdWZuisXKGv8drTp8Tge5dE3Ar27KflCOTyCko8Gjr6zU6MGCjNEmRn8hoeQR8-XEVX3C3nRJbjghKk71eIgP6EJkJhm4jEp6V_=s1280

CV DELTA TOUR

https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh5qCd9AeFn-lyqVbBcH8rTim07Ay_xbYd6AiaVSQnXSY57S_XnKzbeyqlcuFXemvK5Q0yU-umA4FaH8ThX1Gut8vyjVviRQMZvT9HCrdv9nnzHn8MimtwNQpLxE4onUfobXs_xamjsooT5dxxba72AfCEFlBwXUigoIlRAEIT4stnjHsqKI4Gsl0sa=s1280