DNN, SIDOARJO – Para pedagang di Pasar Pemotongan Unggas Sepanjang meminta Pemkab Sidoarjo memberikan pada mereka kesempatan untuk mengujicoba pola baru yang bebas polusi berupa bau yang tak sedap dan air limbah yang menimbulkan belatung.
“Beri kami kesempatan, entah satu atau dua bulan dulu. Kalau ternyata hasilnya memang bagus, mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemkab agar kios-kios pemotongan hewan disana bisa dibuka kembali,” harap Ketua Paguyuban Pedagang Pemotongan Unggas Pasar Sepanjang, Imam.
Sebaliknya, jika dalam ujicoba tersebut masih tetap menghasilkan limbah yang menganggu warga di sekitar pasar tersebut, Imam mengatakan akan legowo kios-kios pemotongan Unggas di pasar tersebut ditutup permanen oleh Pemkab Sidoarjo.
Pernyataan itu disampaikannya dalam Rapat Dengar Pendapat yang digelar Komisi B DPRD Sidoarjo, Rabu (21/12/2022) siang tadi. Selain para pedagang pasar, forum tersebut juga dihadiri Komisi C, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sidoarjo.
Lebih lanjut Imam menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan sarana prasarana berupa tempat-tempat khusus yang dipakai untuk menampung dan mengolah air limbah pemotongan unggas. Sehingga air yang dibuang ke Kali Mir nantinya sudah bersih dan tidak akan memunculkan magot atau belakang seperti yang terjadi sebelumnya.
Sedangkan untuk menghilangkan bau di dalam lingkungan pasar, pasar pedagang tersebut akan menyemprotkan air yang dicampur dengan formula khusus bernama Ecolindi. Formula yang ramah lingkungan ini diproduksi oleh DLHK Sidoarjo dan terbukti efektif saat sudah diujicobakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di berbagai kota di Indonesia.
Selain itu, pihaknya juga siap berkomunikasi dan bersinergi secara aktif dengan warga di sekitar pasar. Termasuk memberikan kontribusi pada lingkungan setempat untuk mendukung program dan kegiatan RT-RW setempat sebagaimana disarankan para anggota Komisi B dan juga DLHK.
Permintaan itu direspon Wakil Ketua Komisi B DPRD Sidoarjo Sudjalil. Menurutnya sudah selayaknya pemerintah bersikap bijak dengan memberikan kesempatan pada pedagang untuk memperbaiki diri sekaligus mengujicobakan teknologi pengolahan limbah pasar tersebut.
“Kenapa tidak. Karena bagaimanapun putaran perekonomian disana tidak boleh berhenti begitu saja karena masalah ini. Harus dicari solusi terbaik yang sama-sama menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, baik dari kelompok pedagang maupun masyarakat,” katanya.
Solusi yang diberikan Pemkab Sidoarjo agar pemotongan itu dilakukan di Rumah Potong Unggas Krian hanya akan menimbulkan persoalan baru berupa timbulnya pengangguran karena setiap kios disana rata-rata mempekerjakan 20 orang.
Ia menambahkan, penutupan pasar yang diputuskan dalam pembicaraan sebelumnya, selayaknya dikaji lagi karena adanya pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan tersebut. “Coba dipikir lagi, karena ada ratusan orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan karena penutupan pasar itu,” tambah legislator PDI Perjuangan itu.(pram/hans)
